ADAB BERTAMU
Manusia adalah makhluk sosial, maka jelaslah bahwa
manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan dari orang lain. Menyambangi rumah atau
sering kita sebut bertamu merupakan salah satu cara dalam bersosialisasi, inipun juga merupakan
salah satu komunikasi untuk terjalinya hubungan sosial yang baik antar sesama. Namun
adakalanya kita belum mengerti bagaimana adab-adab dalam menyambangi tetangga,
terkadang sesuatu yang kita lakukan dalam bertamu pun belum sepenuhnya sesuai
dengan ajaran Islam.
Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitanya Lubab-Nuqul Fi Asbab an-Nuzul menceritakan bahwa suatu hari datang
seorang wanita Ansar menemui Rasulullah seraya bertanya. “Wahai Rasulullah, aku
mempunyai rumah sendiri dan aku berbuat sesukaku dalam rumahku sehingga tidak
jarang aku dalam kondisi tertentu. Tetapi aku tak senang jika dalam kondisi
seperti itu tiba-tiba ada orang yang melihatku. Lantas apakah yang harus aku
lakukan?.
Rasulullah diam karena tak bisa
menjawabnya, direnungkanya lagi akan tetapi tak menemukan jawaban. Karena tak
juga ketemu jawabanya, Rasulullah lalu meminta jawaban dari Allah. Tak lama kemudian
datanglah malaikat Jibril menyampaikan ayat Q.S An-Nur 27-28 sebagai jawabanya.
Beginilah bunyi ayat tersebut:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى
تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُونَ ﴿۲٧﴾ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا
فِيهَا أَحَدًا فَلا تَدْخُلُوهَا حَتَّى يُؤْذَنَ لَكُمْ وَإِنْ قِيلَ لَكُمُ
ارْجِعُوا فَارْجِعُوا هُوَ أَزْكَى لَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ﴿۲۸
Artinya:
27. Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan
memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar
kamu (selalu) ingat. 28. Jika kamu tidak
menemui seorangpun didalamnya, Maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat
izin. dan jika dikatakan kepadamu: "Kembali (saja)lah, Maka hendaklah kamu
kembali. itu bersih bagimu dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Ayat di atas menunjukan kepada kita mengenai tuntunan
Islam dalam bertamu. Ayat ini menjabarkan secara singkat mengenai apa saja yang
harus dilakukan ketika bertamu. Rumah adalah privasi pemiliknya maka wajiblah
kita sebagai tamu menghormatinya. Apabila kita tidak patuh terhadap aturan
tersebut sama saja kita tidak mematuhi perintah Allah sekaligus tidak
menghormati hak orang lain. Dengan memahami etika-etika dalam bertamu maka akan
terjalin hubungan yang harmonis dari tamu dan sang tuan rumah.
Berikut ini adalah etika dalam
bertamu:
1.
Mengucapkan
Salam
Rasulullah Saw bersabda. “ hak orang muslim
terhadap muslim lainnya ada enam, salah satu diantaranya adalah apabila engkau menjumpainya
berilah salam kepadanya....”(H.R al-Bukhari dan Muslim).
Ucapan
salam selain sebagai doa, fungsinya juga sama dengan mengetuk pintu sebagai pemberitahuan.Bedanya mengetuk pintu merupakan
kebiasaan yang berlaku secara umum sedangkan salam merupakan akhlak dalam
Islam.
2.
Meminta
Izin Masuk Kepada Tuan Rumah
Dalam
bertamu hendaknya memperhatikan perkenaan dari sang pemilik rumah. Jika tuan
rumah mengizinkan maka ia boleh masuk, begitupun sebaliknya jika tidak
diizinkan masuk maka jangalah masuk. Dalam prateknya seorang tamu hendaknya
mengetuk pintu dan juga sembari mengucapkan salam. Batas maksimal tamu mengetuk
pintu sambil mengucapkan salam adalah tiga kali. Jika sampai tiga kali tiada
jawaban maka sang tamu harus berbalik pulang.
Dan
inilah yang masih terkadang kita lakukan karena ketidak tahuan kita. Ternyata dalam
bertamu kita juga dilarang dengan alasan apapun melompati pagar ataupun
mengintip jendela rumah untuk mencari pemilik rumah. Dengan perbuatan ini maka
sang tamu sudah melanggar hak privasi orang lain. Boleh jadi saat itu tuan
rumah sedang tidak pantas dilihat.
3.
Berjabat
Tangan
Jabatan
tangan antara tuan rumah dengan tamu merupakan salah satu wujud keakraban. Keduanya
terasa begitu dkat dan mesra, ungkapan kasih sayang tersalur melalui jabat
tangan.

Praktik
jabat tangan itu sendiri juga dicontokan oleh suri tauladan kita Rasulullah
Saw. Ketika berjumpa dengan para sahabat, beliau terlebih dahulu mengulurkan
tangan untuk berjabat tangan. Dalam berjabat tangan beliau sering memandang
wajah sahabatnya dan menepuk-nepuk bahunya sebagai tanda rasa sayang.
4.
Berwajah
Cerah
Seorang
tamu ketika bertandang kerumah orang lain juga harus memperlihatkan wajah yang
cerah dan menyenangkan. Meskipun saat itu, mungkin hatinya sedang susah dan
dihampiri setumpuk permasalahan. Wajah yang cerah akan membuat hati tuan rumah
terasa lapang. Sebaliknya, muka masam dan cemberut akan menyebabkan tuan rumah keberatan
menyambutnya.
Dalam
hal ini Rasulullah Saw bersabda “ sesunguhnya Allah menyukai orang yang tidak
menyulitka pekerjaan orang lain dan menyukai orang yang raut mukanya jernih
ketika menghadapi orang lain. (H.R al-Baihaqi)
5.
Tidak
Menganggu dan Memberatkan Tuan Rumah
Dilarangnya
seorang tamu menganggu ketenangan tuan rumah dan memberatkannya sudah diatur
jelas dalam hadist Rasulullah Saw yang berbunyi. “ tidak halal bagi tamu
berdiam lama dirumah orang yang menirimanya. Karena yang demikian itu memberatkan tuan rumah.” (H.R. al-Bukhari dan
Muslim)
Hadist
diatas memperingatkan kita bahwa berlma-lama di dalam rumah orang dapat
memberatkan tuan rumah. Selain tuan
rumah yang harus menemani tamu iapun harus terus menjamu tamu. Belum lagi kalau
tuan rumah ada kepentingan mendesak yang tidak diketahui sang tamu. Boleh jadi
kepentingan tersebuat akhirnya terbengkalai.
Oleh
karena itu, seorang tamu haruslah bersikap arif. Ia harusnya juga pandai dalam
membaca sikondisi tuan rumah.
Nah
setelah membaca beberapa etika dalam bertamu semoga kita lebih bijak dalam
bertamu ke rumah orang lain. Tak lupa semoga pengetahuan tentang etika bertamu
dapat bermanfaat bagi kita. wawllahhualam
Referensi : Al-Quran dan Hadist
: Imarah, Mahmud Muhammad. 2008. Menari di Taman Alquran. Jakarta. PT
Raja Grafindo Persada
Penulis :
Anak Asuh Yayasan Kemaslahatan Umat Yogyakarta
Mahasiswa Insitut Agama Islam Negri Salatiga
Semester 5
Puji Lestari
Komentar
Posting Komentar