WANITA DALAM PANDANGAN ISLAM
Wanita merupakan wujud nyata yang tidak akan pernah ada habisnya untuk
diperbincangkan. Wanita akan terus didiskusikan dari zaman ke zaman. Ia sosok
yang menarik diungkapkan setiap detail sisi-sisinya. Bahkan, hal-hal kecil pun dari
seorang wanita bisa menjadi sorotan.
Pada zaman dahulu, wanita merupakan budak nafsu bagi laki-laki. Setelah
bersenang-senang, wanita akan dicampakkan begitu saja. Orang-orang Yunani dan
Romawi Kuno menganggap wanita hanya sebagai sarana kesenangan. Mereka
memberikan hak penuh kepada seorang ayah atau suami untuk menjual wanita yang
ada didalam keluarganya (anak atau istri), kapanpun merekan inginkan.
Orang-orang Arab, Persia, dan India memberikan hak penuh kepada anaknya
untuk menikahi istri ayahnya. Orang-orang Arab juga memiliki kebiasaan mengubur
hidup-hidup anak wanita demi menutupi aib yang ada di dalam keluarga mereka.
Hal ini tercantum dalam firman Allah Swt, sebagai berikut :
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ
بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ (58)
يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ
مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلَا
سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ (59)
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran)
anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan Dia sangat marah. Ia
Menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang
disampaikan kepadanya. Apakah Dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan
ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. ketahuilah,
Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS. An-Nahl :58-59)
Begitulah sikap orang-orang jahiliah zaman dahulu memandang posisi
wanita. Wanita merupakan
aib yang bisa membawa malapetaka dalam senuah
kehidupan. ia juga dianggap sebagai pembawa sial dalam meraih masa depan yang
cerah. Dan wanita adalah kegelapan bagi jalan yang terang. Banyak yang percaya,
penyebab Nabi Adam diturunkan ke bumi di karenakan kesalahan wanita (Hawa).
Di Indonesia, berabad-abad silam, dalam falsafah Jawa Kuno, ruang
lingkup wanita sangat sempit sekali, yakni sebatas dapur (memasak), sumur
(mencuci), dan kasur (melayani suami dan memiliki anak). Akibatnya, pada waktu
itu wanita tidak mendapatkan kesempatan meskipun sedikit untuk mengenyam
pendidikan, karier, politik, dan lainnya.
Setelah Islam datang, barulah derajat wanita diangkat
setinggi-tingginya. Dalam Islam, wanita memiliki kedudukan yang sama dengan
laki-laki, dihargai pendapatnya, dan kehadirannya disegani. Begitulah Islam
memperlakukan wanita. Islam menjaga dan menghormati kaum wanita. Firman Allah
Swt :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ
أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا ۖ وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِ
مَا آتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ ۚ
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ
تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita
dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak
mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya,
terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. dan bergaullah
dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisaa’:19)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa seseorang tidak boleh memaksa kehidupan
seorang wanita untuk hidup seperti aturannya (lihat kehidupan sabagai Arab
Jahiliah). Islam sangat memperhatikan kaum wanita dengan mendetail. Sehingga,
aturan kehidupan zaman jahiliah dihapus dan diganti dengan norma-norma yang
lebih manusiawi. Wanita harus dihormati, tidak boleh diwariskan, diperlakukan
layaknya budak, dan tidak boleh memaksakan sesuatu yang tidak pantas dilakukan
oleh seorng wanita.
Islam tidak pernah membeda-bedakan hak antara laki-laki dan wanita.
Islam juga tidak pernah menzhalimi wanita dalam hal apapun. Pendidikan yang
setara untuk menumbuhkan rasa cinta kepada ilmu dan mendalami agama dibebaskan
kepada kaum wanita. Mereka juga memiliki hak memilih hidup yang lebih baik dan
meraih masa depan yang selalu mereka impikan.
Islam terdiri dari dua pilar yaitu pilar akal dan pilar perasaan. Apabila
salah satu dari keduanya terlepas dari diri seseorang, maka cita rasa keimanan
akan hilang dan sedikit hambar. Banyak dari kalangan non-muslim berpandangan
buruk terhadap wanita, dan hal ini ditutupi oleh kemuliaan ajaran Islam.
Laki-laki dan wanita tidak bisa dipisahkan begitu saja dalam hal apapun.
Layaknya akal dan perasaan. Apabila keduanya dipisahkan (laki-laki dan wanita),
kehidupannya tidak akan seimbang dan tidak bisa berbanding lurus, wanita
memiliki kedudukan yang tinggi dan itu jarang diraih oleh kaum laki-laki.
Diceritakan suatu kisah, Asma’ binti Abu Bakar Ra. berkata kepada
putranya Abdullah bin Az-Zubair ketika bahaya mengepungnya dari segala penjuru.
“wahai putraku! Janganlah kau mau menerima tawaran yang akan mnghinakan dirimu,
karena kau takut akan mati. Demi Allah, pukulan pedang dalam kemuliaan lebih
terhormat dari pukulan pecut yang menghinakan,” ujar Asma’ binti Abu Bakar Ra.
Betapa tinggi dan kuatnya pertahanan seorang wanita. Sekali lagi, wanita
adalah sumber kekuatan ketika yang lainnya mulai melemah. Ia sebuah tameng
keika perisai yang lain mulai goyah. Ia juga sebuah pilar ketika penyangga
lainnya mulai runtuh. Itulah alasannya yang menjadikan seorang wanita menduduki
kelas yang mulia dalam pandangan Islam.
Islam memberikan hak dan kewajiban wanita untuk memilih jalan hidupnya,
terutama dalam memilih calon pasangan. Islam tidak memaksa wanita mengatur
kehidupannya sedemikian rupa. Bahkan, ketika dipertemukan dengan calon
pendamping, ia juga berhak memilih dan mengajukan beberapa syarat yang
menurutnya baik bagi diri, pasangan, dan keluarganya. Wanita berhak menolak dan
menerima calon pendampingnya tanpa ada paksaan. Wanita boleh menentukan berapa
besar mahar yang harus ia terima.Diceritakan, Umar bin Khattab Ra. pernah
meminang Atikah binti Zaid al-Qurasyiyah. Kemudian, Atikah binti Zaid
al-Qurasyiyah mengajukan syarat kepada Umar bin Khattab untuk tidak melarangnya
pergi ke masjid. Putri Zaid al-Qurasyiyah itu juga mngajukan syarat agar Umar
bin Khattab tidak memperlakukannya dengan buruk dan kasar. Syarat yang diajukan
tersebut diterima baik oleh Umar bin Khattab.
Manusia merupakan makhluk Allah Swt, yang beraneka rupa dari segi
akhlak. Ada yang baik dan buruk, akan tetapi masing-masing juga memiliki cara
dan etika bergaul yang berbeda-beda. Hal ini juga berlaku bagi pergaulan antara
laki-laki dan wanita. Wanita adalah makhluk yang lembut dan peka. Sedangkan
laki-laki cenderung berperilaku kerasa dan teguh pendirian. Firman Allah Swt
yang artinya
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya. Maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian
jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS.
An-Nisaa’:34)
Tingkatan ini diberikan kepada kaum laki-laki dalam bidang pencarian dan
pemberian nafkah. Akan tetapi, hal ini bukanlah hal yang mutlak. Laki-laki
lebih banyak menggunakan akal, sehingga ia mampu menjaga dan mengatasi keadaan
serta situasi apa pun. Kareba itu, laki-laki adalah pelindung, pemimpin, dan
pengawas bagi pendampingnya. Sedangkan wanita lebih banyak menggunakan
perasaannya. Akan tetapi, wanita bukanlah makhluk yang lemah, ia sumber
kekuatan bagi keluarganya. Sewaktu-waktu ia juga bisa menjadi pelindung bagi
keluarganya. Dalam hal ini, kedudukan wanita dan laki-laki adalah sama. Karena
keduanya sama-sama bisa menjadi pelindung dan sumber kekuatan.
Anak Asuh Yayasan Kemaslahatn Umat Yogyakarta
Mahasiswa Insitut Agama Islam Negri Salatiga
semester V
Puji Lestari
Komentar
Posting Komentar